Awali hari dengan membuka mata
Benarkah kau membuka mata?
Karna kau bersikap seakan tidak
Apa kau melihat langit yang biru,
Rumput yang hijau,
Jalanan yang abu-abu,
dan suasana yang kelabu?
Melangkah lagi matahari lebih tinggi
Terdengarlah suara pintu dibuka,
Buku ditutup alat tulis diletakkan,
Langkah kaki ramai menuju dunia
Meninggalkan ruang kecil itu
Benarkah kau mendengar?
Lalu bagaimana dengan suara itu,
Suara yang kecil
Sangat kecil
Di pojok ruang kecil yang kau tinggalkan
Menuju duniamu masing-masing
Bukankah mata kalian tertutup,
Telinga kalian pun juga
Bukan suasana kelabu yang kuinginkan
Namun suasana baru
Yang akan menjadi haru
Dikala waktu memisahkan kita
Bukan kasak-kusuk maupun bisak-bisik
Di tiap kursi yang ingin kudengar
Namun canda tawa menggelegar
Yang dibunyikan kita dalam ruang kecil itu
Yang akan terekam di memori kita
Kala tak ada lagi waktu yang mempersatukan
Namun apa dayaku,
Satu sosok yang berdiri dikelilingi benteng-benteng raksasa
Yang berbeda-beda di dalam ruang yang sama
Terlalu kokoh untuk dihancurkan
Terlalu tinggi tuk dilanjutkan
Mata, telinga tertutup
Mungkin raga masih sanggup
Mungkin bibir dapat mengucap
Namun apalagi artinya dikala
Mata tak lagi melihat
Telinga tak mendengar
Saat ini kuhanya bisa berharap dan berdoa
Semoga ada dua hal lagi
Yang tak kau tutup selain tubuhmu
Yaitu hatimu dan otakmu
Semoga hatimu masih tetap dapat merasa
Otakmu dapat mencerna
Karena apabila sampai akhirnya
Hati dan otakmu tak dapat berfungsi
Untuk apa kau jejakkan kaki?
No comments:
Post a Comment