Terkadang kita merasa serba salah.
Kita merasa apa yang kita ucapkan itu menyakiti orang lain, kita merasa apa yang kita pikirkan akan kejadian, kita merasa apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan, bahkan ada dari kita yang merasa gagal bahkan sebelum mencoba.
Tapi, apa salahnya?
Apa salahnya kita menyakiti orang lain, jika kita bisa belajar menyayangi setelahnya?
Apa salahnya kita mengalami hal-hal buruk seperti pikiran kita, bila kita dapat mengantisipasi kejadian itu setelahnya?
Apa salahnya apa yang kita harapkan tidak terwujud, bukankah segala sesuatu sudah diatur oleh Allah, dengan skenario terindah-Nya?
Apa salahnya kita mencoba, sebelum menentukan kita gagal atau sukses? Darimana kita tahu hasilnya bahkan sebelum kita memulai? Jangan menerka takdir Allah, karena kita tidak pernah tahu kemana jalan ini akan membawa kita.
Jangan terlalu banyak prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dijalani saja dulu, ambil hikmah sebanyak-banyaknya. Tetap ikhtiar dan tawakkal.
Sejauh apapun kapal berlayar, seperti apapun persiapan yang sudah dilakukan jauh-jauh hari, tetap saja laut itu ganas. Laut itu tak terkendali. Hanya pencipta-Nya lah yang dapat mengendalikan, selembut apa ombak itu akan bergolak, secepat apa angin itu akan mendorong, dan sejauh apa kapal itu akan berlayar. Disertai dengan usaha para awak kapal yang gigih dan kepercayaan mereka kepada Allah lah, kapal itu dapat tiba di tujuan dengan selamat tak kurang suatu apapun, bahkan diberi kenangan-kenangan indah serta pengalaman berharga yang tidak mereka harapkan sebelumnya, yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Apabila suatu jalan itu tidaklah mudah, bisa jadi hasilnya juga tidak murah.
Apa salahnya? Toh, hakikat di dunia ini tidak ada yang benar-benar benar.